25/06/14

Tragedi Pesta Sejuta Cahaya

#KampusFiksi : Membuat Karakter Jahat
Langit dipenuhi kembang api setelah kapal pesiar yang membawa ratusan penumpang kelas elit ini tepat diatas samudra hindia. Deru mesin kemudian semakin melambat. Pesta akbar akhirnya akan tiba. Inilah pawai sejuta cahaya yang setiap tahunnya dirayakan oleh bangsawan inggris. Kemudian, lampion-lampion berwarna-warni mulai digenggam oleh seluruh penumpang. 10 detik setelah terompet meraung, cahaya kuning sempurna memenuhi angkasa. Bintang yang gemerlap telah dikalahkan oleh pancaran lampion yang lebih indah. Aku ikut melayangkan lampionku. Disana sebuah pesan kematian ikut terbang bersamanya.
Terompet ketiga menggema, seluruh penumpang membubarkan tempat. Beranjak memasuki aula besar kapal pesiar. Didepan sana panggung bertekstur bangunan kuno khas inggris menghiasi disegala sisi. Tiang penyangga, gorden, tirai, juga pernak pernik didominasi warna coklat.
“Ladies and gentelmen.. inilah dia Miss Loicesy.....” Ucap sang MC dengan semangatnya.
Seorang gadis dengan rambut ikal yang digulung muncul amat mempesona. Aku mendengus sebal, kenapa ia bisa tepat waktu? Harusnya ketika MC memanggil namanya, ia masih ringkih dengan gaunnya yang telah kulumuri jamur gatal. Sekali lagi aku meringis iri. Tapi tunggu, jangan harap ia bisa lepas begitu saja. Rencana lainnya telah menunggu perempuan malang ini. Kau akan merasakan penderitaan malam ini sayang....
         
       Kulihat Loicesy menuruni anak tangga sambil melantunkan lagu sendu, tampaknya ia berhasil menghipnotis penonton. Suaranya memang lebih indah dibanding suaraku. Tapi aku merasa lebih layak berdiri disana dibanding Loicesy. Aku lebih cantik darinya.
“All i want is a little piece of room to stay, soo i cant sleep (sleep) tight.........”
Dan tepat ketika lirik “ Dream (Dream) of golden.. across the sea” tenggorokan Loicesy tampak tercekat, ruangan gemuruh seperti dengung lebah. Aku tersenyum, inilah kejutan itu. Loicesy terlihat panik dengan kejadian tiba-tiba ini. Wajahnya pias, sementara aku tertawa riang dalam hati.
                Loicesy memantut-matut kerongkongannya. Apa yang terjadi? Kenapa suaranya menghilang? Loicesy panik bukan kepalang, tanpa disadari Sepatu hak tinggi miliknya patah. Dan selanjutnya, tubuh langsing itu terguling mengikuti arah anak tangga. Loicesy mendarat diujung  kaki tangga beralaskan darahnya sendiri.
                Sementara 19 meter dari wajah-wajah cemas mereka, aku tersenyum licik. Setidaknya obat yang telah kumasukan kedalam minuman Loicesy beberapa jam lalu bekerja dengan baik. Juga belahan sepatu itu ternyata berhasil menjatuhkan saingan terberatku. Maafkan aku, Loicesy.. seandainya kamu lebih mendengarkan kata-kataku dulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar