Cerpen Sumatera Ekspres, 17 Juni 2012 – oleh Dadang Ari Murtono
TIDAK
ada yang meragukan kemampuannya sebagai pemimpin di kota kami yang kecil. Tidak
ada yang meragukan kemampuannya dalam memecahkan masalah apa pun yang timbul di
kota kami yang kecil. Dan itu pula sebabnya seluruh penduduk kota mencintainya.
Lalu memilihnya kembali ketika musim pemilu tiba.
Ya, dia, wali kota kami itu, lihatlah, masalah apa yang tidak bisa diselesaikannya? Tidak seperti pemimpin-pemimpin lain yang identik dengan gaya hidup mewah dan seakan alergi dengan tempat-tempat yang kumuh, wali kota kami justru begitu sering mendatangi pemukiman-pemukiman kumuh di pinggir kota, mendatangi pemukiman pemulung di sebelah tempat pembuangan sampah akhir, mendatangi pengemis-pengemis yang mengesot-ngesot di perempatan jalan sambil menggaruk-garuk koreng di kaki, mendatangi keluarga-keluarga yang memiliki anak penderita busung lapar, lalu menggendong anak-anak itu dengan penuh kasih sayang, nyaris seperti anak sendiri. Dan tentu saja, dengan tidak merasa eman, memberi sejumlah uang dari kantong pribadinya untuk orang-orang yang tengah menderita itu. Bagaimana kami tidak mencintai pemimpin seperti itu?
Kota
kami, seperti halnya kota lain di mana pun di negeri ini, juga tak luput dari
masalah gangguan keamanan. Perampokan, mulai perampokan di pinggir jalan dengan
senjata tajam hingga perampokan toko emas dengan senjata api, beberapa kali
terjadi. Tapi wali kota kami dengan tegas memerintahkan kepala kepolisian untuk
segera menyelesaikan kasus-kasus tersebut. Dan hampir setiap hari setelah
perampokan terjadi, si wali kota terus mendesak kepala kepolisian hingga para
perampok yang meresahkan itu tertangkap. Begitu pula yang terjadi bila ada
pencurian. Rasa-rasanya, tidak ada kasus pencurian sekecil apa pun yang luput
dari perhatian wali kota kami itu. Sungguh, adakah pemimpin yang begitu tegas
selain dia?
Wali
kota kami dengan tegas bilang, “Biar saja harga BBM di seluruh negeri naik.
Tapi tidak di kota ini. Bagaimana pun, penduduk kota ini akan bisa mendapatkan bbm
dengan harga seperti biasanya. Kota kita kota yang makmur. Kita punya banyak badan
usaha. Dan badan usaha-badan usaha itu mampu menghasilkan laba yang tidak
sedikit. Dengan laba itu kita akan mensubsidi harga BBM!”
***
Selama
ini, saya selalu berhasil menyelesaikan apa-apa yang diperintahkan wali kota
dengan baik. Lihatlah, berapa teroris yang berhasil saya tangkap? Lihatlah,
berapa banyak perampok dan pencuri yang berhasil saya ringkus? Lihatlah, gangguan
apa di kota ini yang tidak berhasil saya redam?
Semua
saya selesaikan dengan mudah. Awalnya, saya mengira kasus ini juga akan bisa
saya selesaikan dengan mudah seperti biasanya. Karena itu, saya tidak begitu
kaget ketika mendengar laporan bawahan saya tentang hilangnya orang-orang
secara misterius tersebut.
Saya
terkejut dalam rapat dengan pejabat-pejabat penting kota, pejabat-pejabat yang
tentu saja kesemuanya adalah orang-orang dekat wali kota, beberapa bahkan masih
merupakan kerabatnya, wali kota berseru panik, “Hilangnya orang- orang secara
misterius ini bukanlah hal yang saya rencanakan!”
“Saya
ingin penduduk mencintai saya. Dan terus memilih saya dalam pemilu.
Satu-satunya cara agar itu terjadi adalah dengan memberi citra bahwa saya bisa menyelesaikan
masalah apa pun yang ada di kota. Dan bagaimana masalah bisa saya selesaikan
dengan baik dan cepat bila masalah itu tidak saya timbulkan sendiri?” begitu
dulu wali kota pernah berujar. Tentu saja dengan orang-orang dekatnya. Dan
saya, adalah salah satu orang dekatnya.
Kepada
pejabat yang bertugas mengurusi perihal kemiskinan, wali kota juga pernah
berujar, “kau bekerja dengan bagus. Pertahankan terus jumlah masyarakat miskin.
Kalau bisa, tingkatkan lagi. Kita sangat membutuhkan orang-orang seperti itu. Mereka
sarana yang tepat membangun citra. Saya hanya perlu mendatangi mereka, memberi
mereka sedikit uang dan menampakkan sedikit simpati, maka mereka akan memilih
saya lagi dalam pemilu.”
Kepala
saya bertambah pusing ketika dalam rapat itu, pejabat lain mengatakan
analisisnya. “Ini sepertinya kejadian yang direncanakan. Dan bukan hanya masalah
kriminal. Tapi masalah politik. Seseorang merencanakan ini semua untuk
menghancurkan citra wali kota di publik. Sepertinya, perencana kejadian ini
telah mempelajari dan meniru cara-cara kita memenangkan pemilu dan mempertahankan
kekuasaan. Bukankah dulu, pada pemilu pertama yang kita menangkan, kita juga melakukan
perbuatan semacam ini?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar